Setiap ibu hamil tentu mendambakan proses persalinan yang berlangsung lancar dan mulus. Namun, tak ada ruginya apabila Ibu juga membekali diri dengan pengetahuan seputar apa saja risiko komplikasi persalinan.
Tak hanya itu, kunjungan berkala ke dokter spesialis kandungan setiap bulannya sebenarnya bukan sekadar “mengintip” kabar si kecil dalam kandungan. Prosedur ini juga membantu mendeteksi apabila ada kemungkinan potensi terjadinya komplikasi.
Risiko komplikasi persalinan
Komplikasi dalam proses persalinan berarti perlu intervensi medis sesegera mungkin. Bergantung pada jenis komplikasi yang terjadi, penanganannya juga bisa berbeda.
Berikut beberapa risiko komplikasi saat persalinan:
Komplikasi berupa persalinan terlalu lama atau prolonged birth merupakan risiko yang ada pada setiap ibu hamil. Tentu Ibu tahu kan, ada yang bisa merasakan persalinan cepat hanya kurang dari 6 jam, ada pula yang perlu waktu berhari-hari?
Persalinan dikatakan masuk kategori terlalu lama apabila proses pembukaan aktif memakan waktu lebih dari 20 jam. Pembukaan aktif adalah bukaan dari 4 centimeter hingga lengkap (10 centimeter). Konsekuensinya, mungkin saja detak jantung bayi menjadi lemah atau ibu kehabisan energi.
Rata-rata, seorang ibu kehilangan darah sebanyak 500 mililiter ketika proses persalinan spontan atau normal. Di sisi lain, persalinan dengan metode operasi sectio cesarea atau caesar bisa membuat ibu kehilangan 1000 mililiter darah.
Perdarahan dikatakan berlebih apabila jumlahnya lebih dari itu. Biasanya, perdarahan terjadi saat plasenta sudah keluar namun rahim belum juga kontraksi secara maksimal. Akibatnya, darah terus menerus keluar.
Risiko perdarahan ini meningkat pada ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi dan plasenta previa.
Proses persalinan tak berhenti hanya sampai ketika bayi sudah keluar dari perut ibu saja. Ada fase berikutnya yang tak kalah krusial yaitu mengeluarkan plasenta dari rahim. Idealnya, plasenta akan keluar 5-30 menit menyusul setelah bayi berhasil dilahirkan.
Namun menjadi komplikasi apabila plasenta justru tertahan di dalam rahim dan tidak berhasil dikeluarkan. Kondisi retained placenta ini membuat rahim tidak menutup sempurna dan meningkatkan risiko kehilangan darah dalam jumlah banyak.
Tekanan darah tinggi adalah tanda bahaya persalinan yang bisa memicu preeklamsia. Sejak masa kehamilan pun, preeklamsia meningkatkan kemungkinan persalinan prematur. Kondisi ini bisa terdeteksi sejak usia kehamilan menginjak 5 bulan atau 20 minggu. Selain peningkatan tekanan darah, preeklamsia disertai dengan terdeteksinya protein dalam urine.
Lebih jauh lagi, dokter spesialis kandungan akan terus memantau kondisi ibu hamil dengan kecenderungan tekanan darah tinggi. Bukan hanya ibu hamil saja, akan tetapi janin dalam kandungan pun akan dipantau pertumbuhannya.
Convulsion atau kejang juga bisa menjadi tanda bahaya persalinan. Ciri-cirinya adalah saat melahirkan, tatapan mata ibu tampak kosong, kewaspadaan menurun signifikan, dan tubuh bergerak di luar kendali (kejang).
Kondisi eclampsia ini merupakan bentuk komplikasi serius dari preeklamsia. Orang yang belum pernah kejang sebelumnya tetap berpeluang mengalaminya. Kondisi kejang cukup serius ini bisa terjadi sebelum, selama, hingga sesudah persalinan.
Rahim robek atau disebut dengan uterine rupture berpeluang terjadi bagi ibu yang riwayat persalinan sebelumnya dengan metode C-section. Komplikasi ini terjadi ketika luka bekas operasi terbuka saat proses persalinan. Akibatnya, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen dan perdarahan berlebih pada ibu.
Pengaruh lain tanda bahaya persalinan yang satu ini adalah usia kehamilan sudah di atas 35 tahun, pemberian induksi, hingga ukuran bayi. Jadi, ibu hamil yang berencana melakukan VBAC atau vaginal birth after caesarian sebaiknya mendiskusikan segala opsi dan risikonya bersama dokter spesialis kandungan.
Memang benar Ibu, bahwa tak ada yang dapat memprediksi bagaimana proses persalinan berlangsung. Meski demikian, setidaknya risiko komplikasi di atas bisa terpantau lewat pemeriksaan kandungan berkala semasa hamil.
Jangan lupa, Ibu juga perlu menyampaikan kepada dokter ketika ada gejala atau keluhan yang dirasa tidak pada tempatnya, ya. Semakin awal risiko persalinan terdeteksi, akan memungkinkan pencegahan lebih optimal.
Sumber:
AJOG. https://www.ajog.org/article/0002-9378(71)90968-9/abstract
BMC Pregnancy and Childbirth. https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-017-1253-4
Maternal and Child Health Journal. https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10995-014-1624-7